Oleh: Ahsan Syamil Basayef
Srikandi dalam Pewayangan Jawa
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi
Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam
mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia
berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan
tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.(Wikipedia-Indonesia)
Para mujahidah dalam sejarah Islam
1. Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz, Wanita Pemberani yang Gandrung Berjihad
AR-RUBAYYI' binti Mu’awwidz bin Afra Al-Anshariyah ini adalah salah seorang shabiyah (shahabat wanita) dan perawi hadits Rasulullah SAW. Dia berasal dari keluarga yang baik dan terhormat, serta terkenal dengan berbagai kemuliaan sejak hari pertama mengenal Islam. Ayahnya adalah salah seorang yang menyaksikan Baiat Aqabah, Perang Badar, dan bergabung dengan pamannya dalam upaya pembunuhan Abu Jahal. Keduanya beruntung mendapatkan doa yang indah dari Rasulullah. Sebagaimana beliau telah mendoakan keduanya, “Semoga Allah memberi rahmat kepada kedua anak Afra yang keduanya bergabung untuk membunuh Firaun umat ini (Abu Jahal).”
Dialah Sang Pemberani
Dalam berbagai literatur sejarah, diceritakan bahwa Ar-Rubayyi’ adalah seorang wanita mulia yang memiliki keberanian mumpuni. Sebuah keberanian yang diletakkannya dalam konteks perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan. Sepertinya, sifat pemberaninya itu diturunkan dari ayahnya, sang pemberani yang bergabung dalam operasi pembunuhan Abu Jahal. Ar-Rubayyi’ memliki kebanggaan yang besar kepada ayahnya.
Keberanian Ar-Rubayyi’ ditunjukkannya ketika dia menantang ibu Abu Jahal. Diriwayatkan bahwa Ar-Rubayyi’ mengambil minyak wangi dari Asma binti Makhrabah, ibu Abu Jahal. Lalu Asma menanyakan nasab Ar-Rubayyi’. Lantas dia pun menyebutkan silsilah nasabnya. Kemudian Asma berkata, “Engkau adalah anak perempuan dari seorang pembunuh tuannya (Abu Jahal).”
Dengan penuh keberanian, Ar-Rubayyi’ menjawab, “Aku adalah anak perempuan dari seorang pembunuh ‘budak’nya.” Mendengar jawaban tersebut, sontak Asma naik pitam, namun tidak berani meladeni keberanian Ar-Rubayyi’. Asma hanya bisa menimpali, “Demi Allah, aku tidak akan menjual sesuatu kepadamu untuk selama-lamanya.” Ar-Rubayyi’ yang merasa senang membuat Asma murka berkata, “Haram bagiku untuk membeli sedikit saja dari minyak wangimu.” Sungguh, ini merupakan satu bentuk sikap barra` (anti-loyalitas) yang patut ditiru oleh setiap muslim.
Dialah Mujahidah Pejuang
Keberanian yang dimiliki Ar-Rubayyi’ menjadikannya sebagai sosok yang gandrung dengan perjalanan jihad Rasulullah dan para shahabat beliau. Pengalamannya dengan amalan puncak dalam Islam ini (baca: jihad) dimulai ketika ayahnya berpartisipasi dalam Perang Badar. Ar-Rubayyi’ berangkat bersama Rasulullah untuk mengikuti berbagai peperangan dengan tujuan agar mendapatkan pahala dan balasan yang telah disediakan Allah SWT untuk para mujahidin. Dia ikut berkontribusi dalam jihad dengan melayani pengobatan para mujahidin, serta menyiapkan perlengkapan logistik mereka.
2. Shafiyyah binti Abdul Muthalib KETELADANAN MUJAHIDAH SEJATI, DISEGANI TEMAN MAUPUN LAWAN, KETAATAN-NYA KEPADA ALLOH TIDAK DIRAGUKAN"
Shafiyyah adalah putri Abdul Muthalib bin Hasyim, paman Rasulullah SAW yang juga Pemimpin dan tokoh Quraisy yang sangat disegani. Ibundanya adalah Halah binti Wahb saudara kandung Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah SAW.
Suami pertama Syafiyyah adalah Al-Harits bin Harb. Al Harits meninggal lebih dulu. Kemudian Syafiyyah menikah dengan Al 'Awwam bin Khuwailid, saudara kandung Khadijah Binti Khawailid ra, Ummul Mukminin pertama di masa Islam.
Putra Syafiyyah adalah Zubair bin Al 'Awwam yang mendapat julukan Hawari (pendamping setia Rasulullah SAW).
Karakter Shafiyyah
Shafiyyah hidup dan dibesarkan dalam lingkungan terpilih, sehingga dia tumbuh menjadi orang mulia. Beliau mendapat tugas kehormatan menjamu dan memberi makan kepada para jamaah haji (As-Siqaayah). Shafiyyah menguasai sastra dan fasih berbahasa, sangat terpelajar, piawai menunggang kuda dan berani bak ksatria.
Shafiyyah Mukminah pertama yang membunuh orang musyrik
Dalam Perang Khandaq (parit) pasukan musuh bersekutu akan menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Tapi Allah punya makar tersendiri, Dia menolong kaum muslimin dengan mengirimkan angin kencang yang memporak-porandakan perkemahan kaum kufar. Hingga mereka tercecer dipadang pasir, bak tikus yang berhamburan.
"Ketika Rasulullah SAW keluar Madinah untuk menghadapi musuh (dalam Perang Khandaq) beliau menempatkan kaum muslimah di benteng milik Hasan ra, karena benteng itulah yang paling kuat. Tiba-tiba seorang Yahudi datang dan mencoba menyelidiki benteng tersebut. Melihat hal itu, Shafiyyah berkata, "Maka aku langsung mengambil sepotong kayu dan turun dari benteng untuk mendekati Yahudi itu. Aku buka pintu benteng perlahan-lahan, lalu menyerang orang Yahudi lalu memukulnya hingga mati."
Allahu Akbar, betapa beraninya Syafiyyah binti Abdul Muthalib.
Ibnu Ishaq menyatakan, "Shafiyyah adalah muslimah pertama yang membunuh orang musyrik."
3. Kabsyah bintu Rafi’ bin Muawiyah bin Ubaid bin Al-Abjar Al-Ansyariyah Al-Khudriyah "Mujahidah Zaman Rasul"
Ia termasuk salah seorang wanita yang memberikan kesaksian kebenaran bagi Rasulullah saw. Rasul turut menjanjikan imbalan kebaikan dan mendoakan barakah baginya. Ketika suasana iman menggantikan kegelapan jahiliyyah dan mentari hidayah mulai terpancar di tanah Madinah, ia mencurahkan segala yang dimiliki dan menjadi ibu kepada dua orang anaknya yang gugur sebagai syuhada’; dua pahlawan Islam yang segar di dalam medan sejarah. Berbagai kitab sejarah telah menyajikan peribadi mulia dan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh Kabsyah bintu Rafi’, seperti keberanian, kebaikan dan keprihatinan beliau kepada tetangga. Beliau juga memberikan contoh terbaik yang mencerminkan kedudukannya yang sangat istimewa di sisi Rasulullah saw. Beliau terkenal karena keberanian dan kesabarannya dalam membela Rasulullah. dan mendorong anak-anaknya untuk terjun ke medan jihad .Di dalam Perang Badar, beliau meniupkan semangat kepada kedua anak beliau, Saad bin Muadz dan Amru bin Muadz, agar berjihad karena Allah dengan sebenar-benar jihad, sehingga keduanya mendapat cobaan yang berakhir dengan kabar kemenangan.
Di dalam Perang Uhud, Ummu Saad turut terlibat secara langsung bersama beberapa wanita Muslimah lainnya. Berita kekalahan tentara kaum Muslimin dan gugur syahidnya anak beliau, Amru bin Muadz sampai pada beliau. Namun, hal ini tidak menjadikan beliau patah arang, justru ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah. Beliau lantas bersegera ke medan peperangan dan melihat dengan mata kepala sendiri keadaan dan keselamatan Rasulullah saw. Saat itu juga, beliau memanjatkan puji dan syukur kepada Allah seraya berkata: ”Selagi aku melihat engkau dalam keadaan yang selamat, maka musibah ini (kematian Amru bin Muadz) adalah terasa sangat ringan”.
Di saat Perang Khandaq meletus, Rasulullah saw mengarahkan para wanita muslimat dan anak-anak yang turut serta untuk berlindung di dalam benteng Bani Haritsah. Turut bersama mereka ialah Aisyah Ummul Mukminin Radiallahu Anha dan Ummu Saad. Aisyah menuturkan bahawa Saad bin Muadz berlalu untuk menyertai pasukan perang dengan mengenakan baju besi yang pendek. Beliau juga menyandang tombak yang dibanggakannya sambil melantunkan bait syair Hamal bin Sa’danah Al-Kalby: Teguhkan hatimu barang sejenak dalam gejolak medan laga; Jangan pedulikan kematian jika sudah tiba saatnya. Mendengar perkataan anaknya, Ummu Saad lantas menasihatkan anaknya agar bersegera supaya tidak ketinggalan walau sesaatpun tanpa bersama-sama Rasulullah. Beliaulah yang tidak henti-henti menasihati dan meniupkan semangat jihad di dalam dada anak-anaknya. Beliau berkata:
”Wahai anakku, cepatlah berangkat karena demi Allah, engkau sudah terlambat!”
Di dalam peperangan tersebut, Saad terkena anak panah lemparan Hibban Al-Urqah yang memutuskan urat di dekat mata kakinya. Saat itu, Saad sempat berdoa kepada Allah dengan doanya yang sangat masyhur, ”Ya Allah, jika Engkau masih menyisakan peperangan melawan Quraisy, maka berikanlah aku sisa umur untuk aku menyertainya. Tidak ada kaum yang lebih aku sukai untuk memeranginya kerana Engkau, selain dari kaum yang telah menyakiti Nabi-Mu, mendustakannya dan mengusirnya. Ya Allah, jika Engkau menjadikan peperangan antara kami dengan mereka, maka jadikanlah mati syahid bagiku dan janganlah Engkau uji aku sehingga aku merasakan senang kerana dapat mengalahkan bani Quraizhah”. Tenyata Allah mengabulkan doa Saad bin Muadz.
Dan shohabiyyah lain yang memiliki totalitas dan loyalitas tinggi dalam berjihad fi sabilillah yang tidak bisa disebutkan semua.
Mengapa SRIKANDI MUJAHIDAH??
1. Srikandi di ceritakan-bukan dikisahkan karena memang itu cerita fiktif- sebagai sosok wanita pemberani di masanya, dia ikut berperang di medan perang bahkan dia juga ikut membunuh musuhnya. Dimana tak ada wanita lain yang ikut berperang seperti dia.
2. Srikandi juga di kenal oleh masyarakat-khususnya masyarakat kita Indonesia- sebagai simbol keberanian bagi wanita. Yang tak ayal jadinya jika masyarakat akan menamai seorang wanita sebagai SRIKANDI jika dia itu pemberani.
3. Kita coba pinjam sedikit istilah-non islami- mereka untuk menamai para MUJAHIDAH kita yang memiliki keberanian layaknya Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz; Shafiyyah binti Abdul Muthalib; Kabsyah bintu Rafi’ bin Muawiyah; dan para MUJAHIDAH lain di zaman Rosulullah SAW dengan nama SRIKANDI MUJAHIDAH, agar difahami oleh masyarakat bahwasanya kita juga memiliki sosok wanita pemberani layaknya SRIKANDI, juga sosok wanita pembela agama Allah SWT-islam- layaknya para MUJAHIDAH dulu.
Semoga akan hadir di masa kita sekarang sosok-sosok SRIKANDI-wanita pemberani- yang yang memiliki jiwa MUJAHIDAH-berani memperjuangkan islam-, yang kita namakan dia sebagai SRIKANDI MUJAHIDAH... AMIEN...
(diambil dari berbagai sumber di internet)
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Hastinapura setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.(Wikipedia-Indonesia)
Para mujahidah dalam sejarah Islam
1. Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz, Wanita Pemberani yang Gandrung Berjihad
AR-RUBAYYI' binti Mu’awwidz bin Afra Al-Anshariyah ini adalah salah seorang shabiyah (shahabat wanita) dan perawi hadits Rasulullah SAW. Dia berasal dari keluarga yang baik dan terhormat, serta terkenal dengan berbagai kemuliaan sejak hari pertama mengenal Islam. Ayahnya adalah salah seorang yang menyaksikan Baiat Aqabah, Perang Badar, dan bergabung dengan pamannya dalam upaya pembunuhan Abu Jahal. Keduanya beruntung mendapatkan doa yang indah dari Rasulullah. Sebagaimana beliau telah mendoakan keduanya, “Semoga Allah memberi rahmat kepada kedua anak Afra yang keduanya bergabung untuk membunuh Firaun umat ini (Abu Jahal).”
Dialah Sang Pemberani
Dalam berbagai literatur sejarah, diceritakan bahwa Ar-Rubayyi’ adalah seorang wanita mulia yang memiliki keberanian mumpuni. Sebuah keberanian yang diletakkannya dalam konteks perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan. Sepertinya, sifat pemberaninya itu diturunkan dari ayahnya, sang pemberani yang bergabung dalam operasi pembunuhan Abu Jahal. Ar-Rubayyi’ memliki kebanggaan yang besar kepada ayahnya.
Keberanian Ar-Rubayyi’ ditunjukkannya ketika dia menantang ibu Abu Jahal. Diriwayatkan bahwa Ar-Rubayyi’ mengambil minyak wangi dari Asma binti Makhrabah, ibu Abu Jahal. Lalu Asma menanyakan nasab Ar-Rubayyi’. Lantas dia pun menyebutkan silsilah nasabnya. Kemudian Asma berkata, “Engkau adalah anak perempuan dari seorang pembunuh tuannya (Abu Jahal).”
Dengan penuh keberanian, Ar-Rubayyi’ menjawab, “Aku adalah anak perempuan dari seorang pembunuh ‘budak’nya.” Mendengar jawaban tersebut, sontak Asma naik pitam, namun tidak berani meladeni keberanian Ar-Rubayyi’. Asma hanya bisa menimpali, “Demi Allah, aku tidak akan menjual sesuatu kepadamu untuk selama-lamanya.” Ar-Rubayyi’ yang merasa senang membuat Asma murka berkata, “Haram bagiku untuk membeli sedikit saja dari minyak wangimu.” Sungguh, ini merupakan satu bentuk sikap barra` (anti-loyalitas) yang patut ditiru oleh setiap muslim.
Dialah Mujahidah Pejuang
Keberanian yang dimiliki Ar-Rubayyi’ menjadikannya sebagai sosok yang gandrung dengan perjalanan jihad Rasulullah dan para shahabat beliau. Pengalamannya dengan amalan puncak dalam Islam ini (baca: jihad) dimulai ketika ayahnya berpartisipasi dalam Perang Badar. Ar-Rubayyi’ berangkat bersama Rasulullah untuk mengikuti berbagai peperangan dengan tujuan agar mendapatkan pahala dan balasan yang telah disediakan Allah SWT untuk para mujahidin. Dia ikut berkontribusi dalam jihad dengan melayani pengobatan para mujahidin, serta menyiapkan perlengkapan logistik mereka.
2. Shafiyyah binti Abdul Muthalib KETELADANAN MUJAHIDAH SEJATI, DISEGANI TEMAN MAUPUN LAWAN, KETAATAN-NYA KEPADA ALLOH TIDAK DIRAGUKAN"
Shafiyyah adalah putri Abdul Muthalib bin Hasyim, paman Rasulullah SAW yang juga Pemimpin dan tokoh Quraisy yang sangat disegani. Ibundanya adalah Halah binti Wahb saudara kandung Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah SAW.
Suami pertama Syafiyyah adalah Al-Harits bin Harb. Al Harits meninggal lebih dulu. Kemudian Syafiyyah menikah dengan Al 'Awwam bin Khuwailid, saudara kandung Khadijah Binti Khawailid ra, Ummul Mukminin pertama di masa Islam.
Putra Syafiyyah adalah Zubair bin Al 'Awwam yang mendapat julukan Hawari (pendamping setia Rasulullah SAW).
Karakter Shafiyyah
Shafiyyah hidup dan dibesarkan dalam lingkungan terpilih, sehingga dia tumbuh menjadi orang mulia. Beliau mendapat tugas kehormatan menjamu dan memberi makan kepada para jamaah haji (As-Siqaayah). Shafiyyah menguasai sastra dan fasih berbahasa, sangat terpelajar, piawai menunggang kuda dan berani bak ksatria.
Shafiyyah Mukminah pertama yang membunuh orang musyrik
Dalam Perang Khandaq (parit) pasukan musuh bersekutu akan menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Tapi Allah punya makar tersendiri, Dia menolong kaum muslimin dengan mengirimkan angin kencang yang memporak-porandakan perkemahan kaum kufar. Hingga mereka tercecer dipadang pasir, bak tikus yang berhamburan.
"Ketika Rasulullah SAW keluar Madinah untuk menghadapi musuh (dalam Perang Khandaq) beliau menempatkan kaum muslimah di benteng milik Hasan ra, karena benteng itulah yang paling kuat. Tiba-tiba seorang Yahudi datang dan mencoba menyelidiki benteng tersebut. Melihat hal itu, Shafiyyah berkata, "Maka aku langsung mengambil sepotong kayu dan turun dari benteng untuk mendekati Yahudi itu. Aku buka pintu benteng perlahan-lahan, lalu menyerang orang Yahudi lalu memukulnya hingga mati."
Allahu Akbar, betapa beraninya Syafiyyah binti Abdul Muthalib.
Ibnu Ishaq menyatakan, "Shafiyyah adalah muslimah pertama yang membunuh orang musyrik."
3. Kabsyah bintu Rafi’ bin Muawiyah bin Ubaid bin Al-Abjar Al-Ansyariyah Al-Khudriyah "Mujahidah Zaman Rasul"
Ia termasuk salah seorang wanita yang memberikan kesaksian kebenaran bagi Rasulullah saw. Rasul turut menjanjikan imbalan kebaikan dan mendoakan barakah baginya. Ketika suasana iman menggantikan kegelapan jahiliyyah dan mentari hidayah mulai terpancar di tanah Madinah, ia mencurahkan segala yang dimiliki dan menjadi ibu kepada dua orang anaknya yang gugur sebagai syuhada’; dua pahlawan Islam yang segar di dalam medan sejarah. Berbagai kitab sejarah telah menyajikan peribadi mulia dan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh Kabsyah bintu Rafi’, seperti keberanian, kebaikan dan keprihatinan beliau kepada tetangga. Beliau juga memberikan contoh terbaik yang mencerminkan kedudukannya yang sangat istimewa di sisi Rasulullah saw. Beliau terkenal karena keberanian dan kesabarannya dalam membela Rasulullah. dan mendorong anak-anaknya untuk terjun ke medan jihad .Di dalam Perang Badar, beliau meniupkan semangat kepada kedua anak beliau, Saad bin Muadz dan Amru bin Muadz, agar berjihad karena Allah dengan sebenar-benar jihad, sehingga keduanya mendapat cobaan yang berakhir dengan kabar kemenangan.
Di dalam Perang Uhud, Ummu Saad turut terlibat secara langsung bersama beberapa wanita Muslimah lainnya. Berita kekalahan tentara kaum Muslimin dan gugur syahidnya anak beliau, Amru bin Muadz sampai pada beliau. Namun, hal ini tidak menjadikan beliau patah arang, justru ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah. Beliau lantas bersegera ke medan peperangan dan melihat dengan mata kepala sendiri keadaan dan keselamatan Rasulullah saw. Saat itu juga, beliau memanjatkan puji dan syukur kepada Allah seraya berkata: ”Selagi aku melihat engkau dalam keadaan yang selamat, maka musibah ini (kematian Amru bin Muadz) adalah terasa sangat ringan”.
Di saat Perang Khandaq meletus, Rasulullah saw mengarahkan para wanita muslimat dan anak-anak yang turut serta untuk berlindung di dalam benteng Bani Haritsah. Turut bersama mereka ialah Aisyah Ummul Mukminin Radiallahu Anha dan Ummu Saad. Aisyah menuturkan bahawa Saad bin Muadz berlalu untuk menyertai pasukan perang dengan mengenakan baju besi yang pendek. Beliau juga menyandang tombak yang dibanggakannya sambil melantunkan bait syair Hamal bin Sa’danah Al-Kalby: Teguhkan hatimu barang sejenak dalam gejolak medan laga; Jangan pedulikan kematian jika sudah tiba saatnya. Mendengar perkataan anaknya, Ummu Saad lantas menasihatkan anaknya agar bersegera supaya tidak ketinggalan walau sesaatpun tanpa bersama-sama Rasulullah. Beliaulah yang tidak henti-henti menasihati dan meniupkan semangat jihad di dalam dada anak-anaknya. Beliau berkata:
”Wahai anakku, cepatlah berangkat karena demi Allah, engkau sudah terlambat!”
Di dalam peperangan tersebut, Saad terkena anak panah lemparan Hibban Al-Urqah yang memutuskan urat di dekat mata kakinya. Saat itu, Saad sempat berdoa kepada Allah dengan doanya yang sangat masyhur, ”Ya Allah, jika Engkau masih menyisakan peperangan melawan Quraisy, maka berikanlah aku sisa umur untuk aku menyertainya. Tidak ada kaum yang lebih aku sukai untuk memeranginya kerana Engkau, selain dari kaum yang telah menyakiti Nabi-Mu, mendustakannya dan mengusirnya. Ya Allah, jika Engkau menjadikan peperangan antara kami dengan mereka, maka jadikanlah mati syahid bagiku dan janganlah Engkau uji aku sehingga aku merasakan senang kerana dapat mengalahkan bani Quraizhah”. Tenyata Allah mengabulkan doa Saad bin Muadz.
Dan shohabiyyah lain yang memiliki totalitas dan loyalitas tinggi dalam berjihad fi sabilillah yang tidak bisa disebutkan semua.
Mengapa SRIKANDI MUJAHIDAH??
1. Srikandi di ceritakan-bukan dikisahkan karena memang itu cerita fiktif- sebagai sosok wanita pemberani di masanya, dia ikut berperang di medan perang bahkan dia juga ikut membunuh musuhnya. Dimana tak ada wanita lain yang ikut berperang seperti dia.
2. Srikandi juga di kenal oleh masyarakat-khususnya masyarakat kita Indonesia- sebagai simbol keberanian bagi wanita. Yang tak ayal jadinya jika masyarakat akan menamai seorang wanita sebagai SRIKANDI jika dia itu pemberani.
3. Kita coba pinjam sedikit istilah-non islami- mereka untuk menamai para MUJAHIDAH kita yang memiliki keberanian layaknya Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz; Shafiyyah binti Abdul Muthalib; Kabsyah bintu Rafi’ bin Muawiyah; dan para MUJAHIDAH lain di zaman Rosulullah SAW dengan nama SRIKANDI MUJAHIDAH, agar difahami oleh masyarakat bahwasanya kita juga memiliki sosok wanita pemberani layaknya SRIKANDI, juga sosok wanita pembela agama Allah SWT-islam- layaknya para MUJAHIDAH dulu.
Semoga akan hadir di masa kita sekarang sosok-sosok SRIKANDI-wanita pemberani- yang yang memiliki jiwa MUJAHIDAH-berani memperjuangkan islam-, yang kita namakan dia sebagai SRIKANDI MUJAHIDAH... AMIEN...
(diambil dari berbagai sumber di internet)